Kamis, 24 April 2014

Kisah Putra Bangsa dari Tanah Jawa



Judul   Buku   : Sang Patriot Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis          : Irma Devita
Penerbit         : Inti Dinamika Publisher
Terbit            : Februari 2014
Tebal             : 266 Halaman
Harga            : Rp.52.000
ISBN             : 978-602-14969-0-9

Novel Sang Patriot
sumber: http://dialogikabook.wordpress.com/2014/03/28/

            Mengingat seseorang yang bertalian dengan kehidupan kita tak melulu melalui foto atau cerita lisan secara turun temurun. Bisa juga melalui tulisan yang dikembangkan secara apik dan bisa menjadi konsumsi publik. Irma Devita, penulis buku non fiksi bergenre hukum berhasil mewujudkannya. Melalui rangkaian riset dan penuturan dari kalangan keluarga, lahirlah tulisan fiksi pertama berbentuk novel, “Sang Patriot”. Novel ini adalah wujud penghargaan atas semangat juang sang kakek dan niatnya memenuhi janji pada nenek tercinta, Rukmini.
            Alur cerita diatur secara apik. Adegan kematian sang lakon utama menjadi pembukanya. ”Tulang kepala berambut ikalnya retak, terdera popor senapan. Satu … dua … tiga…jari-jari tangan sang jasad tak lagi lengkap, hilang sebagian” (halaman 1). Sebuah teknik yang tepat agar pembaca tertawan pada kisah selanjutnya. Selanjutnya cerita mundur hingga puluhan tahun, mengupas ihwal kisah hidup orangtua Sroedji. Hasan seorang pedagang keliling penjaja isi pemantik api dan Amni bekas selir Panembahan Bangkalan. Sisipan perkembangan kota Kediri ikut mewarnai bab ini. Gabungan dinamika sejarah dua anak manusia yang merajut hidup mengalir indah dengan dialog-dialog manis.
            Sosok kakek benar-benar melekat pada ingatan Irma Devita. Dari awal bab hingga akhir, kekaguman sang penulis pada tokoh utama sangat jelas. Sroedji kecil digambarkan sebagai anak lelaki berkulit putih bersih dan cerdas. Ia pandai membaca dan menguasai ilmu sejarah juga ilmu bumi meski belum sekolah. Sroedji berwatak pemberani dan berwibawa Kelak pesona wibawanya ini berpengaruh pada kesuksesannya memimpin anak buahnya.
            Semangat Sroedji terhadap pendidikan pun melebihi saudaranya. Impiannya bersekolah hingga tingkat sekolah teknik atau Ambactsleergang jauh berbeda dengan anak-anak lain di masa itu. Ayah Sroedji mengalami dilema. Antara impiannya membawa seluruh keluarga berhaji atau meninggalkan Sroedji dan merelakan tabungannya untuk menyekolahkan anak lelakinya yang pintar (halaman 16). Sayang, kisah keluarga besar Sroedji tak lagi dikupas mendalam setelah keberangkatan keluarga Sroedji ke tanah suci.
            Rukmini sang istri terkasih menjadi tokoh penguat kehidupan lelaki patriot ini. Rasa hormat pada sang ayah, membuat Rukmini bersedia dipersunting lelaki pilihan orangtua yang tak lain pernah membuatnya jatuh cinta, Sroedji. Alur pertemuan unik dua sejoli diceritakan detil dan menggelitik. “ Laki-laki itu tampan. Penampilannya tampak cukup sopan..Tapi jahil sekali dia…mengintai wanita dan berani mengedipkan sebelah mata pada seorang gadis baik-baik” (halaman 26). Daya tarik ini mengikat pembaca sebagai sisi romantisme kehidupan Sroedji dan Rukmini.
            Kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia merubah kehidupan rakyat Indonesia. Tak terkecuali kehidupan pasangan muda Sroedji-Rukmini. Pembentukan PETA berpengaruh pada keputusan Sroedji untuk mengikuti pendidikan militer. Dukungan istri, Rukmini memperkuat impian Sroedji menjadi tentara. Sroedji lolos sebagai chuudanchoo (halaman 49). Setelah itu satu demi satu langkah hidup Sroedji sekeluarga berubah seiring keaktifan Sroedji sebagai tentara yang harus terus angkat senjata membela tanah air dan berpisah dari keluarganya.
            Konflik batin Rukmini terurai sempurna. Menguras rasa dan naluri pembaca. Tanpa kepala keluarga yang mendampingi, Rukmini cermat mengatur rumah tangga dengan kondisi anak-anak masih balita. “Sejak pendudukan Jepang, semua bahan pokok menghilang dari pasar. Nasi ini dia proleh dari hasil menjual kain kebaya kesayangannya” (halaman 63). Rukmini juga harus sigap, bijak dan tenang menghadapi kedatangan tentara Jepang atau KNIL yang kerap melakukan sweeping mencari keluarga pejuang. “Rukmini berdarah Madura tulen yang terkenal nekat dan berani. Ia juga istri seorang komandan, yang berani menantang maut tanpa berkedip. Orang sekelas cecunguk Belanda tidak akan berhasil membuatnya berlutut” (halaman 181). Nyawa anak-anak bergantung sepenuhnya pada Rukmini. Kekuatan imannya sangat dipertaruhkan.
            Tak mudah mengumpulkan informasi sejarah secara detil namun Irma Devita berusaha merangkumnya sesempurna mungkin. Tokoh-tokoh penting, pelengkap kehidupan Sroeji bermunculan sebagai penguat cerita. Soebandi, sahabat di masa perjuangan adalah salah satunya. Karakter awal dr.Soebandi diulas singkat dan padat di bab En Kundig Tabib (halaman 87) selanjutnya pada bab Rera dan Peristiwa PKI Madiun (halaman 144) muncul sebagai Kepala Staf dan terus menemani Sroedji melewati masa-masa sulit peperangan hingga menemui ajal. “Setengah menyeret, Soebandi memapah Sroedji. Dalam kawalan Abdul syukur, mereka merayapi parit. Soebandi yang sibuk menuntun Sroedji, tidak terlindung dengan baik. Sebutir peluru musuh meluncur deras, tepat menembus kepala Soebandi.”(halaman 224). Lalu ada pula Rustamaji, adik ipar Sroedji yang setia pada perintah komandan dan menyayangi kakaknya, Rukmini. “Rus, cepet ko en mlayu…‼ Cepat kamu lari. Aku titip mbakyumu sama ponakan-ponakanmu…!” (halaman 222).
            Tak ketinggalan anak-anak Sroedji Pom, Cuk, Tuti sebagai tokoh pelengkap. Kehadiran mereka menguatkan karakter Sroedji yang selalu disegani dan dikagumi anak-anaknya. Bayi Puji adalah satu-satunya putra Sroedji keempat yang mengalami ketegangan sejak dalam kandungan. Puji (dalam kandungan) dan Rukmini mengungsi menghindari kejaran serdadu Belanda yang mencari keluarga Sroedji. “Rukmini menguatkan diri untuk tidak menyerah. Ia ikatkan stagen pada perutnya kuat-kuat agar janin yang semakin besar lebih terjaga dari segala benturan dan goncangan” (halaman 123). Tak kalah miris, ketiga putra Sroedji-Rukmini juga harus mengalami perjalanan berat dan kelaparan dalam pengungsian.
            Selain menyertakan sosok antagonis dari pasukan Belanda, Jepang dan Inggris, penghianat bangsa dari negara sendiri juga dimunculkan, Somad. Gerak gerik tokoh ini ada sejak bab Wingate Action. “Seorang peserta rapat tampak duduk tenang di sudut, agak terpisah dari yang lain. Meskipun tak berpangkat dan mengepalai pasukan manapun, Somad, nama orang itu selalu rajin ikut hadir dalam setiap pertemuan” (halaman 156). Sebagai trik pengikat rasa penasaran pembaca, penulis baru mengulas perilaku Somad di akhir bab. “Somad seorang Indo Belanda. Dia berkulit hitam layaknya pribumi. Dia setia mengabdi kepada kerajaan Belanda. Dia rela melakukan apa saja untuk membela tanah air ayahnya. Itulah yang mendorongnya masuk KNIL (halaman 237).
            Wingate action menjadi titik akhir perjuangan Letnan Kolonel Sroedji. Di Karang Kedawung, desa yang dianggap aman justru menjadi tempat penyergapan sang patriot. Komandan pasukan Brigade III Damarwulan dan pasukannya terkepung tentara Belanda. Mereka kalah jumlah dan senjata. Kesiapan dan kesigapan sang pemimpin yang sedang menurun saat itu menguntungkan pihak musuh. Ditambah lagi adanya penghianat di antara mereka menyebabkan Sroedji dan kawan-kawannya terpojok.
            Alur maju mundur pun sengaja disisipkan penulis guna melengkapi isi cerita dan latar belakang tokoh cerita. Dengan berani pula, alur ini digunakan untuk menahan kejenuhan pembaca. Ini terlihat pada konflik sengit yang telah dibangun rapi pada peritiwa pengepungan pasukan Sroedji. Tiba-tiba kisah terhenti karena adanya ulasan sosok Karjo, sahabat masa kecil Sroedji (halaman 233). Posisi kritis Sroedji dan keingintahuan akhir cerita tentu kunci daya pikat akhir.
         Secara keseluruhan, novel ini menarik untuk disimak sebagai cara lain belajar sejarah kemerdekaan Indonesia. Pilihan huruf dan warna kertas yang tidak mencolok membantu kenyamanan pembaca. Proses perang dan peristiwa kemerdekaan RI yang disisipkan mengalir rapi. Penulis juga menyertakan foto-foto perjuangan sebagai bukti sejarah. Cara ini membantu pembaca memahami, membayangkan isi cerita dan menghormati para pahlawannya. Generasi muda layak menyelesaikan novel ini agar tercipta semangat nasionalisme dan rasa peduli bangsa. .

Fix

Minggu, 13 April 2014

Resensi Buku Food Combining di Koran Jakarta

Optimis itu penting..begitulah yang kupetik hari minggu kemarin. Ketika rutinitas mengasuh buah hati terasa melelahkan raga, ada kejutan yang menghibur dan membangkitkan semangat hidup. Resensi yang kupikir ditolak karena adanya balasan sepeti ini: 
My dear,
untuk lain kali silakan mencari buku yang agak serius (200 halaman lebih), jangan 100 -an halaman
Ini bicara kombinasi makan tapi tidak diberi contoh combining-nya dalam resensi. 
salam
redaksi
Membuat pikiran sempat ketar ketir juga lega karena respon mereka. Terima kasih Koran Jakarta yang sudah bersedia memuat. Lainkali akan menjadi pembelajaran buat saya..:)
Dan inilah hasil tulisan saya yang saya kirimkan hari sabtu malam dan terbit kamis malam juga (10 April 2014).
Mengubah Pola Makan demi Bonus Sehat

Foto: ISTIMEWA
Ketika masuk ke sebuah rumah makan, sering kali seseorang dipusingkan dengan menu. Bukan masalah kantong cekak, tapi lebih faktor usia dan penyakit keturunan. Keluhan sakit kepala, perut kembung, asam urat, hipertensi, dan penyakit berat lain menjadi sumber kendalanya. 
Kambing hitamnya tentu saja makanan. Food combining (FC) menjadi jembatan bagi mereka yang ingin kembali sehat, tanpa harus pusing mengatur pola makan layaknya seseorang yang berdiet ketat.    
FC bukanlah sebuah tren, bukan pula ilmu baru. Pola ini sudah banyak dijalankan sejak Perjanjian Lama. “Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Taurat Musa, tertera beberapa pokok penting yang senada dengan prinsip dasar FC,” (hal 30). 
Namun, akibat gaya hidup dan berbagai kemudahan, pola makan yang sehat itu bergeser menjadi sembarangan karena enak. Efeknya penyakit yang semula hanya menyerang orang tua mulai menggerogoti anak muda juga. Kini FC kembali populer karena masyarakat mulai sadar kesehatan. 
FC adalah sebuah cara memilih hidup lebih sehat dan menyayangi organ-organ dalam. Sesuai dengan namanya, FC merupakan upaya mengombinasikan makanan sesuai dengan cara kerja tubuh untuk menghindari pemborosan energi karena memasukkan beragam makanan dalam satu waktu agar terjadi kondisi homeostatis (hal 35). 
Bonus sehat dan umur panjang lantaran organ tubuh sehat adalah buah jangka panjang FC.
Namun, untuk mendapat bonus itu perlu kedisiplinan. Buku ini membantu para pemula mencapai keseimbangan. Erikar Lebang sebagai pelaku FC selama hampir 15 tahun berhasil menjabarkannya dengan ringan dan sederhana. Dimulai dari mengenalkannya pada jenis makanan yang biasa dikonsumsi, waktu makan, hingga cara menyantap. 
Memang memilih bahan makanan menjadi perhatian awal dalam memenuhi hasrat perut. Namun pati, protein, sayuran, dan buah tidak boleh asal dipilih dan dikonsumsi (hal 41) karena FC lebih menekankan unsur gizi agar tubuh berfungsi maksimal. Makanan yang akan dicerna harus mengandung vitamin, enzim, dan mineral.
Ritme Sirkadian atau ritme biologis menjadi acuan berikutnya (hal 48). Waktu makan terbagi tiga: waktu cerna, waktu penyerapan, dan waktu pembersihan.
Dibanding pola makan umumnya, waktu pembersihan jauh berbeda dari kebiasaan makan orang awam. 
Masa pembersihan dalam FC dilaksanakan pada jam-jam sibuk seperti pagi hingga pukul 12.00. Makanan yang dikonsumsi pun berbeda, yaitu buah dan sayuran, bukan nasi dan lauk pauk.
Cara mengonsumsi juga dianggap penting. Makan tak bisa asal mengombinasikan nasi dan ayam rendang atau nasi dan ayam goreng seperti sering dilihat dalam resto cepat saji. Jangan kaget, FC memang mendobrak pola kebiasaan yang berlaku di kalangan pencinta kuliner.
FC memadupadankan bahan makanan ideal menjadi pati–sayuran dan protein hewani–sayuran (hal 51). Di luar itu, bahan makanan yang digabungkan akan menimbulkan masalah pencernaan. 
Ritual makan pun harus diperhatikan (hal 56). Ritual yang benar akan membantu proses pencernaan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Nah, jika diikuti dengan benar dan tepat, pola ini sempurna di antara gaya hidup sehat ala diet. 
FC memahami betul kebutuhan organ manusia. Salah satunya mengutamakan air putih sebagai pemeran utama sistem kerja tubuh. Tubuh jangan sampai haus. Jika rasa itu muncul, sinyal dehidrasi.
“Sejatinya, rasa haus, terutama bibir kering, adalah alarm tubuh akan kebutuhan air pada level terakhir” (hal 75).
Beras, roti, sereal, keju, es krim, hingga sosis adalah sekelumit makanan populer yang ternyata tidak selalu baik untuk tubuh.

Diresensi Ketty Husnia, Sarjana Pertanian Universitas Gadjah Mada


Judul       : Food Combining Itu Gampang
Penulis     : Erikar Lebang
Penerbit   : Qanita, PT Mizan Pustaka
Terbit      : Oktober 2013
Tebal      : 105 Halaman
Harga     : Rp55.000,00
ISBN      : 978-602-9225-73-0

Minggu, 06 April 2014

Indonesia Hebat, Indonesia Sejahtera

Indonesia Hebat

Masih ingatkah pembaca dengan berbagai bencana alam yang menimpa penduduk di negeri ini? Meletusnya Banjir di Jakarta dan Manado, meletusnya Gunung Sinabung juga Kelud hingga yang terbaru polusi asap di Riau yang sangat mengganggu? Semua peristiwa itu ada yang karena ulah kita namun adapula yang disebabkan oleh alam. Lalu bagaimana keadaan negeri kita? Banyak pihak yang berbondong saling membantu mengumpulkan dana, paket bantuan hingga datang sebagai relawan demi bersikap gotong-royong. Inilah Indonesia Hebat yang saya lihat belakangan. Semangat mereka tanpa pamrih. Jika dibandingkan dengan besarnya kekayaan alam dan sumber daya yang melimpah dan memesona hingga dengungnya terdengar ke seantero dunia..pasti sudah biasa. Karena sekali meng-klik nama Indonesia..langsung berbagai sumber menawarkan konsep pariwisata, ekonomi, budaya hingga kemampuan anak negeri dalam memecah prestasi. Luaaaarrrrr Biaaassssaaa!

sumber dari : http://tautankata.wordpress.com/2010/11/10/

Indonesia memang kaya. Alam dan segala isinya masih bisa dikelola. Sayang jika hanya dikeruk untuk kepentingan golongan. Oleh karena itu beruntunglah karena Indonesia Hebat masih memiliki semangat dari pribadi orang-orang yang berhati bersih dan tidak serakah. Orang-orang yang setia dan menjunjung tinggi Pancasila dan mengamalkan semua silanya demi meraih keadilan sosial bagi seluruh negeri. Orang-orang yang berpikir untuk sekian ratus hingga ribuan tahun kejayaan dan kesejahteraan Indonesia. Tanpa pamrih! Seperti mereka...

Siti Fauzanah dari Temanggung. Penggagas Puskemas Matematika.
Membantu anak-anak yang kesulitan belajar berhitung. 
Dr. Lie A. Darmawan. Pendiri  Rumah Sakit Apung.
Membantu mengobati masyarakat kurang mampu tanpa biaya.
Ibu Een Sukaesih, guru tanpa tanda jasa sekaligus penderita Rheumatoid Arthritis (RA) selama 32 thn dan lumpuh selama 26 th.




Sugeng Siswoyudono (berambut panjang dan beretopi merah), produsen kaki palsu asal Mojosari, Jatim.
Menginspirasi mereka (pemakai kaki palsu) untuk tetap bersemangat menjalani hidup.



Semua yang kita lihat adalah pegiat bangsa. Belajar dari sikap mereka yang selalu sigap menghadapi kesulitan hidup maka sepatutnya kita yang muda, ikut berpartisipasi!

Aku dan kamu semuanya bisa melakukan..dimulai dari hal sepele yang telah banyak dilakukan oleh mereka yang hebat, yaitu:
"membuat bersih Indonesia Hebat menjadi nilai berkah yang berlimpah"

http://rwhijau16.wordpress.com/2013/03/05/bank-sampah-depok-binar/
Bayangkanlah! seluruh pelosok rumah hingga setingkat provinsi telah melakukan ini secara bertahap...pengolahan barang-barang terbuang  menghasilkan uang

Sampah - kompos/barang kerajinan/barang daur ulang - uang - petani/pedagang - lingkungan bersih - pertanian organik - sayur/buah melimpah - masyarakat sehat - masyarakat sejahtera



Indonesia Hebat tak menunggu waktu lama untuk memberikan kesejahteraan pada penduduknya. Indonesia Hebat tak pernah membiarkan kemiskinan merajalela, kriminalitas mudah tertanggulangi dan rasa solidaritas selalu ada di hati masyarakatnya. Inilah Indonesia-ku yang nyaman dan aman untuk semua orang, tumbuhan hingga hewan sekali pun.

Melihat beberapa orang yang selalu hidup penuh motivasi di atas, rasanya malu jika para pembaca dan juga saya tak bisa menyumbangkan sesuatu yang hebat untuk negeri ini. 
Mari bersatu menuju Indonesia Hebat yang Sejahtera di masa yang akan datang. 
Caranya dengan :
  • membangun semangat gotong royong,
  • bersikap berani
  • memiliki inovasi 
  • dan selalu optimis.  
Ayo sambut Indonesia Hebat yang lebih dan lebih hebat lagi ... akan kita jelang! Wujudkan dalam pilihanmu, tentukan wakil rakyat yang bersih, selalu setia dan memiliki cita-cita sama membangun Indonesia Hebat. 

Aku dan kamu punya hak menentukan suara Hebat untuk Indonesia.
Pilihanku dan kamu akan membantu menata Indonesia menjadi lebih Hebat.


sumber referensi:
  • http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Kick-Andy-Foundation-Bantu-kaki-Palsu-di-Kulon-Progo_2287
  • http://www.m-edukasi.web.id/2012/03/siti-fauzanah-guru-hebat-dari.html
  • http://www.kaskus.co.id/thread/52f632b719cb17a7158b484c/dr-lie-augustinus-dharmawan-kapal-rumah-sakit--floating-hospital
  • http://soklari-dahsyat.blogspot.com/2013/06/kisah-bu-guru-een-sukaesih-yang-26.html
  • http://bkm-ngudimakmur.blogspot.com/2012/02/bank-sampah-blitar-bkm-ngudi-makmur.html