Jumat, 12 Juni 2015

Seminar Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah “Pemuda dan Konservasi” Mapala Satria di Auditorium Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada Selasa, 9 juni 2015.

Bapak Kusno, Penyuluh Swadaya sedang menyampaikan materi pertama
Diskusi dengan ahlinya tanpa harus melakukan kegiatan demonstrasi dan koar-koar turun ke jalan, bisa menjadi cara yang lebih beretika. Itulah yang dilakukan oleh Mahasiswa Pecinta Lingkungan (MAPALA) SATRIA Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Mereka menggelar kegiatan penting untuk memeringati Hari Lingkungan Hidup. Seminar Nasional sekaligus Lomba Karya Tulis dengan menghadirkan Ir. Sabar Ginting MBA dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bono Listiyanto dari Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Tengah dan Kusno, seorang penyuluh swadaya dari Desa Baseh, Kedungbanteng Purwokerto.
Acara yang bertempat di Auditorium Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini dimulai pukul 09.00 pagi. Serangkaian upacara pembukaan menjadi pembuka kegiatan seminar. Presiden BEM UMP menyatakan bahwa kegiatan ini adalah cara untuk menyentil pemuda agar tidak lalai dengan lingkungan dan menumbuhkan sikap peduli. Bentuk teguran yang dilakukan MAPALA SATRIA bisa diikuti oleh kalian nih..
Pemateri berfoto beserta ketua panitia dan moderator
Tapi tidak hanya membuat acara seperti ini saja ya. Tindak lanjutnya sangat dibutuhkan bagi keberhasilan pengendalian lingkungan. Jika hanya omdo (omong doang) apalah artinya generasi muda menghabiskan waktunya di bangku kuliah, menimba ilmu tanpa aplikasi dan menuntut perbaikan tanpa merubah perilaku. Tak sebanding bukan?
Itulah sebabnya, di seminar ini Bapak Kusno memberikan masukan kepada pemuda agar jangan pernah menunggu melakukan konservasi. Tapi segera lakukan perbaikan-perbaikan tanpa perintah dan tergantung orang lain. Berbuatlah demi kebaikan dan tidak mengharapkan pamrih. Bapak Kusno adalah figur yang patut diteladani. Ia tergerak dengan bekal dan tekad sendiri untuk melakukan penanaman pohon, membuat pembibitan, juga membagikan informasi ke sekolah-sekolah.
Pemuda menjadi sasaran utama dalam perlindungan lingkungan karena pemuda mudah mengalami krisis identitas, krisis jati diri, krisis kepercayaan, rendah partisipasi pada pembangunan dan kurang peduli pada lingkungan. Latar belakang inilah yang menjadi keprihatinan pemerintah. Sebab terjadinya kerusakan negara dan seisinya cenderung berawal dari pemudanya. Narkoba menjadi contoh terdekat dalam kasus pemuda yang tengah marak. Belum lagi aksi corat-coret yang sedang asyik dilakukan oleh sekelompok siswa saat pengumuman kelulusan, menjadi gambaran ironis manakala di ujung barat banyak pengungsi Rohingya kekurangan pakaian dan mengalami kesulitan pendidikan.
pemenang lomba karya tulis tingkat SLTA
Menjadi tugas Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Tengah untuk bertanggungjawab dalam mengatasi masalah-masalah di wilayahnya. Bapak Bono Listiyanto menguraikan beberapa solusi yang sudah dilakukan yakni melakukan penyadaran (penyuluhan melalui sekolah-sekolah), konservasi (pelibatan pemuda dalam kegiatan lingkungan) dan pelayanan. Usia pemuda yang penuh daya juang dapat digerakkan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan. Caranya pemerintah terus berupaya meningkatkan kemandirian pemuda agar saat pemuda berada di tengah masyarakat ia tak hanya menjadi beban hidup tapi menjadi ahli yang bermitra dengan masyarakat.
Ide kemitraan di atas sudah diterapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebagaimana yang diuraikan oleh Ir. Sabar Ginting, MBA bahwa mereka telah memertimbangkan dan memakai hasil ciptaan generasi muda untuk mengolah sumber daya alam sebagai energi terbarukan. Seperti turbin air terjun untuk penyediaan listrik di pelosok desa, turbin angin laut di pesisir dan lain-lain. Karya-karya tersebut adalah aplikasi pemuda untuk lingkungan. Ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa terus menggantungkan diri pada bahan bakar minyak atau batubara yang semakin menipis.
Lalu apalagi yang bisa dilakukan pemuda? Sebenarnya banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan tanpa harus mencemooh hal-hal besar. Salah satunya mengubah perilaku hidup menjadi perilaku sehat. Perilaku “enggan jalan kaki” menjadi pemicu pemborosan BBM dan pelepasan emisi bahan bakar yang akhirnya menambah polusi udara; merokok sembarangan di tempat umum di sekitar ibu hamil dan menyusui merusak kesehatan semua orang; kebiasaan makan junk food dapat meningkatkan konsumerisme makanan berdaging hingga berefek luasnya peternakan dll, enggan bertanam di rumah menyebabkan ruang hijau menipis.
So, sudah sampai dimanakah kita, pemuda? Mulailah menjadi tulang punggung konservasi lingkungan dari lingkungan terdekat dan peduli pada orang lain. Yuk mulai dari hal-hal yang sederhana teman!
Liputan Kegiatan Seminar Nasional dan Lomba Karya Tulis “Pemuda dan Konservasi” di Auditorium UMP pada 9 Juni 2015.
hasil liputan ini telah dipublikasikan di majalah digital annida

1 komentar:

  1. Hahahaaa anak2ku tuuu, duuuh salah asuhan kayaknya. Padahal ibunya senang dg kegiatan berbau alam

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu kawan! dan selamat bereksperimen!