Kamis, 19 Juni 2014

resensi buku dimuat di wasathon.com

Yuk baca resensi buku ini di http://wasathon.com/resensi-/view/2014/06/19/-resensi-buku-cerita-orang-rantau-di-amerika. Wasathon menerima resensi buku dan cukup mengirimkannya pada wasathon@gmail.com


tak ada yang berbeda dari segi isi, hanya judulnya yang dirubah. naskah aslinya berikut ini:


Mengintip Pengalaman Hidup di Negeri Orang

Judul   Buku   : Kopi Sumatera di Amerika
Penulis             : Yusran Darmawan
Penerbit           : Noura Books (PT. Mizan Publika)
Terbit               : Cetakan I, Desember 2013
Tebal               : 251 Halaman
Harga              : Rp.49.000
ISBN               : 978-602-1606-08-7

                Tak ada salahnya bermain-main dengan mimpi. Asal kita benar-benar berusaha merintisnya. Pesan itulah yang coba disampaikan oleh sang pengelana, Yusran Darmawan dalam kisah nyatanya. Ia menerima tantangan sang kawan untuk menjajal kemampuannya meraih beasiswa. Impiannya pun terwujud setelah menyingkirkan rasa takut akan banyak hal. Salah satunya kepandaian berbahasa Inggris. Namun kebanyakan orang tak yakin dengan asumsi ini. Berbicara cas cis cus jelas dibutuhkan tatkala menghadapi para teman bule dan pendidik. Bahkan bahasa Inggris tetap menjadi hal utama dalam salah satu persyaratan yang harus dilampirkan. Skor nilai yang ditentukan pun tinggi jadi bagaimana mungkin bahasa Inggris dianggap nomor buntut dari sekian syarat yang harus disiapkan pelamar beasiswa pendidikan?
            Jawabannya sungguh jauh berbeda. Buku ini mengajak semua orang, siapa pun itu untuk selalu yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. Mahasiswa yang memiliki percaya diri dan berwawasan luas adalah pemenang dalam kompetisi hidup di negeri orang. “Logikanya, walaupun Anda jago ngomong bahasa Inggris tetapi jika tak tahu hendak menyampaikan apa, itu sama saja dengan nol” (halaman 15).
            Sejarah hidup sang pengelana justru baru dimulai ketika aplikasi beasiswanya diterima oleh International Fellowship Program (Ford Foundation) dan diterima di Universitas Ohio. Kerikil tajam mengawali keberangkatannya. Di antaranya kehilangan dokumen penting di antrean bagasi Bandara Soekarno Hatta dan mengalami ketegangan di kantor migrasi Bandara Detroit. Dalam posisi genting, ia masih teringat pada doa yang diajarkan ibunya.
“Ternyata, ketenangan serta kejernihan dalam menghadapi sesuatu serupa benteng yang akan menyelamatkan kita dimana pun berada” (halaman 9).
            Setelah sekian bulan beradaptasi dengan dunia pendidikan di Athens, Universitas Ohio, celah sukses diperolehnya. Strategi belajar, cakrawala baru dan berani mengemukakan pendapat yang substansial adalah salah satu kisi-kisinya. Cara itu dianggap mampu membuatnya bertahan dibandingkan sekedar kesulitan berbahasa asing (halaman 17).
            Selain membahas pola pendidikan, sang pengelana juga menyinggung hal-hal unik yang mengarah pada aneka suasana Indonesia di negeri asing. Kerinduannya pada bahan makanan terasi yang hanya bisa diperoleh di Asian Market, beragam buku penulis Indonesia di Perpustakaan Alden, kecintaan seorang dosen Universitas Ohio pada wayang Bali hingga tersedianya menu kopi Sumatera di gerai kopi terkenal Amerika (halaman 71). Semua itu menunjukkan bahan makanan dan tradisi Indonesia telah melanglang buana ke Amerika. Hal ini membuatnya terkesima dan takjub, Indonesia terkenal di dunia.
            Yang paling berkesan tentu suasana berpuasa dan lebaran di Athens, Ohio (halaman 101). Meski sepi dari suasana meriah, mahasiswa merayakannya dengan khusyu di Islamic Center dan saling berkunjung ke tempat para sahabat. Jumlah muslim yang minoritas justru membuat mereka saling akrab dan melupakan perbedaan geografi maupun bahasa.
            Tak lengkap rasanya jika tak menikmati kemegahan ibu kota negara adidaya Washington D. C dan New York. Sang pengelana berhasil menguliknya dari sisi berbeda. Ia meneropong dari segi sosial ekonomi masyarakat. Pengangguran, kemiskinan (halaman 136), hingga harapan “kemerdekaan” yang sebenarnya dari penduduk Amerika (halaman 195) mewarnai perjalanan wisatanya. Sangat miris, gambaran itu mengurangi pesona Amerika yang terlanjur sibuk mengurus negara lain.
“Pada akhirnya, negara adidaya itu ternyata tidak seindah yang dilihat di film-film” (halaman 138).


            Ada banyak kisah yang dituangkan dalam buku ini. Semuanya mengandung bahan pelajaran dan informasi berharga. Pembaca pun tak harus merunut dari awal karena setiap bab punya kisah sendiri. Namun ada baiknya jika buku ini dibaca keseluruhan untuk dapat mengetahui rekam jejak pengelana sesungguhnya. Bagi calon mahasiswa yang berniat mendaratkan mimpinya di negeri orang, buku ini bisa menjadi bahan pertimbangan. Bersikap cerdas dan pandai membawa diri  menjadi salah satu tips sukses tanpa stres menimba ilmu dan bersahabat di perantauan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejakmu kawan! dan selamat bereksperimen!