Siapa tak kenal Sapardi Djoko Damono. Ia seorang penyair di Indonesia. Karyanya sempat dibuat lagu nan syahdu - Aku Ingin. Di salah satu rubrik Galeria tanggal 26 Mei 2014, Kompas Klasika menuliskan "Latihan Menulis ala Sapardi. Tulisan itu menggugah saya untuk merangkumnya kembali. Tak lain agar saya tak lupa dan penuh semangat menulis seperti sang penyair yang ternyata sangat santai dan bebas dalam menulis. Berikut ini beberapa langkahnya:
Uraian di atas menggedor semangat saya kembali. Terlalu banyak ide berseliweran tetapi saya terlalu sering menunda seakan butuh waktu untuk bisa duduk manis dan diam konsentrasi agar bisa lancar menulis. kenyataannya..mencari luang yang nyaman sangat sulit. Akhirnya bertemu dengan semangat Sapardi ini membuat saya kembali yakin bahwa " tak selesai bisa diselesaikan berikutnya..."
- Spardi menyarankan agar penulis tidak terlalu banyak berpikir. Alasannya jeda waktu untuk berpikir yang terlalu panjang sama saja dengan menunda menulis.
- Mari menghindari rasa minder dan takut terhadap (asumsi saya obyek yang ditakuti adalah kritikan terhadap hasil tulisan). Rasa ini hanya akan menghilangkan keinginan untuk menulis.
- Ternyata..Sapardi tak pernah menentukan akhir cerita tulisannya ketika mulai menulis.Ia beralasan karena cerita akan mengalir dengan sendirinya; "ketika menulis yang berkuasa adalah tulisan itu sendiri bukan penulisnya".
Uraian di atas menggedor semangat saya kembali. Terlalu banyak ide berseliweran tetapi saya terlalu sering menunda seakan butuh waktu untuk bisa duduk manis dan diam konsentrasi agar bisa lancar menulis. kenyataannya..mencari luang yang nyaman sangat sulit. Akhirnya bertemu dengan semangat Sapardi ini membuat saya kembali yakin bahwa " tak selesai bisa diselesaikan berikutnya..."
saya banget tuh, ..... terlalu banyak berpikir dan rasa minder, takut tulisannya nggak bagus menjadi meyebab saya menunda menulis.
BalasHapusmakasih ya mbak, sdh mengingatkan