Tak bisa dipungkiri ya teman, dalam menulis ada garis linier yang harus selalu dijaga penulis. Apa itu? "Hubungan emosional antara penulis dan pembaca."
Kedua pihak memang saling berkontribusi. Penulis sering mendapat ide dari pembaca sementara banyak pembaca yang tergerak setelah membaca karya penulis. Jadi hubungan ini tak boleh diremehkan. Oleh karena itu, banyak media yang selalu menjaga keselarasan mereka dengan pembaca setianya. Misalnya membuat komunitas dengan kegiatan rutin bulanan atau tahunan. Manfaatnya? Sudah pasti menguntungkan keduanya. Pembaca dianggap ada dan penulis tak pernah kehilangan fansnya.
Bagaimana dengan penulis pemula, semacam saya?
Apakah perlu menjaga keharmonisan itu? Apakah perlu sementara masyarakat pun tak pernah mengenal kita? Hehehehe...
Tetap perlu. Merasakan kehadiran masyarakat dalam isi tulisan kita akan membuat kita mawas dalam merangkai tulisan, tidak seenaknya dan berada dalam koridor yang sesuai. Itu sebabnya, saat menyusun dan menulis sebuah buku, bayangkanlah ekspresi pembaca. Akankah berkerut tak mengerti, bingung, bosan atau malas melanjutkan bacaan? Dan ini berlaku untuk semua jenis tulisan. Baik non fiksi maupun fiksi.
Bayangan pembaca akan membantu penulis untuk mengerahkan semua daya agar tulisannya asyik dan mudah dipahami. Dengan demikian, nikmat memiliki "fans" akan datang dengan sendirinya. Iya..sendirinya tanpa harus berkeluh kesah. Cukup dengan niatan lillahi ta'ala menyebarkan informasi tanpa niatan lain. Insya Allah, Allah meridhai.
saya nggak suka baca, tp pngen bisa nulis.
BalasHapusayuk kpn nggunung.