Jumat, 01 Mei 2015

Waspada Penyakit Penulis

Bekerja sebagai penulis belum tentu terhindar dari penyakit hati. Menulis nyaris sama dengan pekerjaan lainnya, kerap terkena penyakit yang susah disembuhkan. Apa sajakah penyakit yang kerap melanda penulis?
Merasa Puas
Tak bisa dipungkiri, ada perasaan puas saat beberapa naskah yang diikutsertakan dalam lomba menulis atau seleksi antologi, berhasil lolos. Perasaan gembira yang membuncah terselip di hati kita dan sulit menutupinya. Wajarkah? Wajar saja. Apalagi usaha tersebut adalah hasil kerja keras kita hingga menguras waktu dan pikiran saat harus mengejar deadline. Namun hati-hati ya, sikap mudah puas akan menjerumuskan hati kita menjadi kurang kreatif. Kita cenderung stagnan dan kurang berkembang lo teman!
Merasa Bangga
Bangga yang terselip di hati nyaris mengikuti kita saat muncul kepuasan. Karya tulisan yang mampu ditelurkan dalam jumlah banyak, kerap menimbulkan sikap ujub. Bahkan riya dan sombong ketika bertemu atau berkumpul dengan sekelompok orang yang berbeda keahlian. Penulis yang baik seharusnya senantiasa bersyukur atas bantuan Allah Yang Maha Pandai. Berkat bantuan Allah, kita dapat menyusun ide, menemukan rangkaian kata yang indah dan membujuk pembaca untuk merubah sikap. Namun semua daya dan kemampuan itu bersumber dari Allah semata. Tidak serta merta datang dengan sendirinya kan?
Merasa bosan/jenuh
Kejenuhan adalah hantu bagi penulis. Perasaan ini bisa menyebabkan kematian ide dalam waktu yang cukup panjang. Jangan sampai kita terjebak dalam situasi ini ya teman. Selain susah membangkitkan kembali semangat menulis, jenuh hanya akan menunda target yang terjadwal rapi. Bahkan jenuh juga bisa menyebabkan kerugian finansial karena terlanggarnya perjanjian dengan pihak penerbit. Nah lo...bisa berabe nih kalau sudah berkaitan dengan kontrak perjanjian. Sayang kan?
Hampa/alias tak punya ide
Kehampaan bisa diartikan menjadi dua makna. Yakni hampa karena merasa diri menjadi penulis yang tidak pernah beruntung atau kehampaan akibat mati ide. Jika hampa disebabkan hal pertama maka sebaiknya penulis berusaha keluar dari gejala itu. Caranya bisa dengan sering bergaul di komunitas, kelompok atau lingkungan yang seide sekepala. Dengan proses yang bertahap dan dukungan dari kelompok, maka rasa hampa akan hilang dan otomatis tak merasa terasing di dunia antah berantah lagi. Namun jika kehampaan disebabkan oleh mati ide maka sobat Nida bisa mensisasatinya dengan relaksasi kepala/pikiran. Relaksasi ini akan membantu pikiran menjadi jernih, membuka wawasan dan memunculkan gagasan baru. Cara paling mudah adalah bersilahturahmi, baik ke tempat orangtua, saudara, kolega ataupun piknik tadabbur alam.
Merasa Sibuk
Hal ini nih yang berbahaya. Saat sudah datang tawaran pekerjaan untuk menulis di media online maupun media cetak, kita seringkali menduakan kesempatan. Padahal saat sedang berharap, mati-matian berdoa dan memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah. Jangan sampai kita menyepelekan keadaan ini ya! Atur jadwal, disiplin waktu dan bersikaplah konsisten terhadap komitmen yang telah dibuat. Jika kita berhasil menyenangkan konsumen, inshaa allah, mereka percaya kepada kualitas kerja dan tulisan kita lo teman.

Menjadi penulis adalah pekerjaan mulia. Menulis yang berbobot dan bersikap profesional akan mendatangkan rezeki bagi penulisnya. Namun jika dibumbui dengan penyakit-penyakit seperti di atas maka siasatilah dengan segera menyembuhkannya. Letak kesembuhan itu tentu datangnya dari diri sendiri ya teman... jadi jangan terlaru larut dengan penyakit tersebut, sebab hanya akan menimbulkan kerugian. So, mulailah meniatkan diri dengan ikhlas dan sungguh-sungguh menjadi penulis beneran! Jangan tanggung atau setengah-setengah!


artikel ini telah dipublikasikan di media annida-online.com

1 komentar:

  1. nah,biasanya kalau habis liburan saya ngerasa banget malas,hampa,g punya ide..padahal banyak stok perjalanan yang bisa ditulis,tapi keburu melebar malasnya karena lama nggak ngeblog hehe

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu kawan! dan selamat bereksperimen!