Sabtu, 21 Februari 2015

Unconditional Love For My Earth

Tahun lalu, saya tak menargetkan apapun untuk menghasilkan sesuatu. Saya berjalan dan berlari dengan garis lurus. Berusaha berlaku sebaik mungkin terhadap siapa pun dan ikhlas. Tahun ini, imbas dari apa yang telah terjadi di tahun kemarin membuat saya seakan didorong untuk meneruskan hal-hal yang telah dirintis kemarin. Salah satunya menggiatkan warga terdekat untuk sadar lingkungan. Rumah saya dekat dengan sungai. Meski arusnya tidak deras, warga masih memanfaatkan untuk buang air dan mandi. Kadangkala sampah dibuang kesana bahkan pernah kasur kapuk ikut dilempar ke sungai. Sungguh mengerikan. Hal menyedihkan lainnya adalah rendahnya kesadaran untuk tidak membakar sampah. Saya alergi asap jadi suka uring-uringan jika ada asap lewat. 

Teman-teman pembaca pastinya sudah pernah melakukan kegiatan bersih-bersih di lingkungan sendiri. Tiap hari saya pun melakukannya. Namun sejak Desember kemarin saya merubah cara membersihkan lingkungan. Demi impian untuk mewujudkan cinta bumi, saya pun melatih diri. Keliatannya mudah tapi berbuat yang konsisten dan disiplin yang sulit. 
Saat gelombang malas menerpa, saya didera keengganan untuk disiplin. Padahal saya sendiri yang gembar gembor kepada warga agar "memerhatikan lingkungan dan mencoba mulai memisahkan sampah agar bisa mendirikan bank sampah". Siapa tahu, tahun ini bisa jalan..?

Itulah mimpi terdekat saya, mendirikan bank sampah di lingkungan RT, sebagai bentuk tresna-ku pada bumi. Hanya setingkat RT dulu ah karena jika setingkat RW atau kelurahan, saya sepertinya belum sanggup mengelola. Tapi jika sesuatu terjadi, ada yang setor masak sih ditolak???

Kenyataannya, sebulan setelah saya menengok langsung ke bank sampah mandiri di dekat rumah, saya tergoda untuk mulai bertindak. Ah saya ingin, dan saya harus bisa memberi contoh pada warga lain. Jadilah saya berikrar dan ikhtiar dengan:

  • akan selalu woro-woro tiap pertemuan PKK agar ibu-ibu memisahkan sampah non organiknya dari sampah organik 
  • akan memasang daftar harga agar memicu keinginan mereka untuk tergerak melakukan pemisahan warga disamping menunjukkan keterbukaan adanya daftar harga bagi barang yang telah dibuang
  • memberi contoh dengan mengumpulkan sendiri di rumah 
  • meminta warga agar terbiasa menyimpan bungkus kemasan isi ulang, botol dan bungkus kopi juga kresek untuk menyetorkannya pada saya.
  • akan menunjukkan ke penjual di warung terdekat, bahwa kresek hanya akan menambah sampah di rumah jadi saya selalu menolak jika diberi kresek untuk belanjaan yang tak terlalu merepotkan
  • akan mengajarkan kepada warga membuat ketrampilan dari kresek menjadi bros (dapat dilihat caranya disini)
Bros Cantik dari Kresek
  • akan mengumpulkan minuman gelas dan membuat tudung saji cantik hingga bisa dipublikasikannya ke warga di pertemuan bulanan (caranya bisa dilihat disini). 
Tudung Saji Minuman Gelas
  • Yang terbaru membereskan rumah sehingga bisa menerima sampah daun tetangga dan mengumpulkannya ke dalam karung. Edan sih..halaman jadi kotor tapi daripada mereka membakarnya begitu saja, CO2nya bisa ngotorin langit mendoan yang adem ayem.
  • Plus belajar uji coba menyisihkan sampah dapur ke dalam keranjang takakura dan membuat pupuk alami. Njajal mbok bisa hehehe. Kalo berhasil, buat info ke warga bulan depan!
Jadi begitulah usahaku meraih mimpi agar bumi terdekatku dapat bersih dari gangguan tanganku dan warga di sekitarku. Ini mimpi terdekatku dan suami. Kami berkhayal sejak tahun-tahun kemarin dan hanya dapat sedikit respon. Tapi kami yakin bulan depan, bisa mulai menerima setoran sampah warga dan mendirikan bank sampah yang sejahtera untuk warga. Dengan demikian warga beruntung bumi pun tak lagi murung. Wish Me Luck!


2 komentar:

  1. hallo mbak wah ketemu lagi nih sama pejuang hijau, hebat mbak saya dukung langkahnya ya, mudah2an mimpinya tercapai. aamiin terimakasih atas partisipasinya

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu kawan! dan selamat bereksperimen!