Salah satu impian saya adalah menulis resensi di media ini. Alhamdulillah, tanpa menunggu waktu lama (12 Juli kirim, 15 Juli sudah dimuat), resensi buku Revolusi Makan karangan Dr.Hiromi Shinya termuat di Suara Merdeka edisi Selasa, 15 Juli 2014. Girang? sudah pasti..tak menyangka respon redaksi sangat cepat. Terima kasih saya haturkan pada Allah yang mengabulkan doa dan selalu menanamkan semangat pada mental saya. Juga pada blog mas Muhammad Ridho yang setia menjawab komentar saya sehingga saya pun mengerti alamat resensi suara merdeka dan juga alamat resensi media lainnya di sini.
Untuk menulis di ruang ini, cukup mengirimkan tulisan Anda (resensi) buku terbaru ke swarasensi@yahoo.com. Suara Merdeka memuat rubrik resensi setiap hari selasa halaman 9. Nama rubriknya "RAK". Saya kirimkan dengan subyek: Resensi Buku "RAK" - Hidup Sehat Berawal dari Usus yang Bersih.
Tulisan saya terlalu panjang sehingga banyak yang diedit redaksi. Tulisan saya yang asli sebagai berikut:
Untuk menulis di ruang ini, cukup mengirimkan tulisan Anda (resensi) buku terbaru ke swarasensi@yahoo.com. Suara Merdeka memuat rubrik resensi setiap hari selasa halaman 9. Nama rubriknya "RAK". Saya kirimkan dengan subyek: Resensi Buku "RAK" - Hidup Sehat Berawal dari Usus yang Bersih.
Tulisan saya terlalu panjang sehingga banyak yang diedit redaksi. Tulisan saya yang asli sebagai berikut:
Hidup
Sehat Berawal dari Usus yang Bersih
Judul :
Revolusi Makan
Penulis :
Dr. Hiromi Shinya
Penerbit :
Penerbit Qanita PT. Mizan Pustaka
Tahun Terbit : Cetakan I, Februari 2014
Tebal :
160 Halaman
Harga :
Rp 69.000,-
ISBN :
978-602-1637-19-7
Peresensi : Ketty Husnia*
Usus sebagai organ
penting pencernaan terbukti berperan penting dalam mengendalikan kegiatan
metabolisme. Jika asupan yang masuk ke dalam usus kurang tepat maka usus akan
mengalami kepayahan. Akibatnya kinerja pencernaan memburuk. Itulah sebabnya indikator
kesehatan seseorang terlihat pada proses cerna-serap-buang-nya. Kegagalan tiga
proses utama tersebut dapat mengarahkan pada kondisi pencernaan selanjutnya.
Rasa mual, begah (kembung), stres, sulit tidur bahkan melemahnya fungsi organ
tubuh lain dapat menghinggapi mereka yang asal mengasup makanan tanpa
memikirkan isi dan proporsinya.
“Orang dengan kondisi pencernaan buruk
tidak dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia. Untuk mencapai tubuh sehat
dan bugar, kebersihan usus menjadi prioritas” (halaman 19).
Memulai
hidup sehat adalah dengung lama yang kerap kita dengar. Namun banyak di antara
kita yang kebingungan, langkah awal apa yang harus ditempuh. Haruskah tetap
menjalankan menu harian biasa dan menambahkan jam olahraga atau cukup
mengurangi asupan karbohidrat dan protein saja? Buku yang ditulis oleh seorang
penemu Metode Shinya (teknologi revolusioner dalam bidang endoskopi) ini,
menuntun pembacanya dengan mengisi daftar periksa kesehatan usus sebagai
pembuka halaman. Berikutnya Dokter Shinya akan memberi saran terkait kondisi
usus pembaca.
“Seseorang dengan usus sehat masih memiliki
musuh utama yang sulit dihindari, yaitu minyak” (halaman 16).
Hal
menarik dari buku ini terletak pada bahasan kecantikan tubuh yang sengaja
diletakkan di langkah pertama dari enam langkah menuju usus sehat. Cantik dan
usus memiliki hubungan yang berkaitan. Hiromi Shinya meyakini kecantikan
terpancar dari usus yang bersih. Fakta ini menggugurkan sebagian pendapat yang
beranggapan bahwa cantik bisa dipoles dengan aneka bahan kimia dan teknologi.
Bukan tanpa alasan Profesor Ahli Bedah ini berargumen demikian. Menurutnya usus
yang bersih dari tumpukan sampah makanan akan meningkatkan bakteri baik
sehingga usus bekerja lebih aktif, proses buang air pun lancar (halaman 34).
Jika sudah demikian kulit pun tampak
sehat, segar dan bercahaya.
“Bukan hanya itu, sakit kepala, nyeri
haid, jerawat, kulit kasar, sembap pada wajah, kaki atau tangan, alergi dan
radang kulit akan berkurang sehingga Anda dapat senantiasa tampil cantik secara
alami dengan dandanan sederhana” (halaman 20).
Untuk
mencapai usus yang sehat dan bersih dibutuhkan evaluasi pola makan. Jika
makanan yang sebelumnya terlanjur kurang mengandung tiga bahan utama “makanan
hidup” yaitu: air, sayur-sayuran mentah dan buah-buahan, maka saatnya mencoba
menikmati makanan tersebut di pagi hari. Jus mentah campuran wortel, kubis dan
sawi atau buah apel, pir, jeruk, pisang, anggur, kiwi, mangga menjadi pilihan
sarapan terbaik bagi usus.
“ Semakin banyak kita mengonsumsi
makanan hidup, semakin baik pula kesehatan jiwa dan raga kita” (halaman 27).
Kiat
selanjutnya adalah mengurangi secara perlahan lalu menjauhi konsumsi makanan
yang sukar dicerna seperti produk hewani dan olahan susu; roti dan mi yang
terbuat dari tepung gandum putih; kue dan penganan yang mengandung gula putih;
dan makanan yang mengandung banyak minyak (halaman 24). Semua makanan lezat
tersebut mengakibatkan terbentuknya “sampah basah” dalam usus. Usus besar
menjadi sempit, mengeras dan melemah.
“Bukankah kita sering bersendawa dan
mengeluarkan kentut yang berbau lebih menyengat daripada biasanya setelah
mengonsumsi daging?” (halaman 25). Sebagai
dokter bedah yang telah memeriksa 35.000 pasien, Hiromi Shinya mengajarkan
pasiennya dengan memanfaatkan herba dari kelopak bunga untuk membersihkan usus,
sebuah kebiasaan turun temurun para tabib kaisar di Cina. Pemanfaatan herba
adalah langkah kedua buku ini. Hiromi memilih jenis tumbuh-tumbuhan karena dapat
mengaktifkan daya hidup di dalam tubuh manusia dan membatu peremajaan sel. Bunga
Persik, bunga Emas Perak, bunga Jeruk, bunga Merah dari Tibet dan bunga Wortel
dari Barat adalah bahan baku ramuan dari kuncup bunga yang disarankan oleh
Hiromi Shinya (halaman 53).
Semua
bahan baku tersebut berhasil diterapkan pada pasien Hiromi yang menderita
sembelit. Sayang, tak semua bahan kuncup bunga dapat diperoleh di Indonesia.
Meski demikian sebagian ilmu yang disampaikan Hiromi masih berlaku di kalangan masyarakat
kita, seperti mengonsumsi air 2 liter sehari, memakan jus sayur dan buah di
pagi hari atau mengurangi makanan pabrikan dalam menu sehari-hari.
Ulasan
utama buku ini sebenarnya terletak pada program 30 hari menyehatkan usus.
Diawali dengan mengubah kebiasaan waktu dan menu makan, cukup minum air,
konsumsi porsi jus enzim mentah secara tepat, mengistirahatkan usus selama
setengah hari dan masih banyak lagi. Bahkan Hiromi mencantumkan beberapa fakta
menarik yang sayang jika diabaikan seperti hubungan antara usus sehat dengan
keinginan merokok; usus sehat dan kuyahan makanan; puasa pagi hari dan
detoksifikasi; hingga mengubah cara bernapas. Sesuatu yang kerap dianggap
sepele oleh masyarakat namun penting
bagi kerja usus manusia.
Bagi
sebagian orang yang rajin berpuasa, sikap hidup ala revolusi makan bukanlah
masalah. Namun tekanan pada program ini bukan pada menahan diri dari makanan
semata tapi terletak pada pemilihan jenis makanan yang tepat bagi pencernaan,
yang meringankan metabolisme usus, tidak asal kenyang dan tetap mengandung gizi
penting bagi tubuh manusia. Perilaku positif itu akan berakhir pada kondisi
psikis yang membaik, yaitu rasa bahagia. Mulailah belajar meninggalkan
kebiasaan mengonsumsi alkohol, rokok dan berbagai makanan perusak usus.
“Orang-orang yang lemah terhadap stres
dapat menjadi lebih kuat apabila mereka memperbaiki sistem kekebalan tubuh yang
berpusat di perut” (halaman 138).
Melalui
buku “Revolusi Makan”, Hiromi Shinya membuktikan bahwa kondisi perut yang sehat
akan membuat suasana hati gembira, menghilangkan stres, memacu semangat kerja
dan memperbaiki hubungan asmara.
“Orang dengan usus sehat pastilah orang
yang baik hati karena dia tidak mudah marah” (halaman 142).
Jadi mulailah memperlakukan usus secara
istimewa. Jangan sepelekan kesehatannya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejakmu kawan! dan selamat bereksperimen!